Apa itu Take Home Pay? Ini Rumus, Cara Menghitung, dan Contohnya

THP atau take home pay adalah gaji bersih yang diterima oleh seorang karyawan setiap bulannya. THP dalam salary adalah nominal gaji bersih di sini berarti sudah dipotong dengan komponen pemotongan per bulan seperti pajak penghasilan, bpjs ketenagakerjaan atau kesehatan.

Beberapa di antara kamu mungkin belum menyadari bahwa gaji dan take home pay adalah dua hal yang berbeda. Ya, THP adalah bagian dari gaji pokok, tetapi tidak bisa disamakan dengan gaji pokok. Perbedaan antara keduanya cukup signifikan.

Besaran THP ini biasanya juga sudah ada di dalam kontrak kerja, lho. Di sana juga tertulis apa saja komponen pemotongan gaji yang harus kamu tanggung. Biar kamu nggak bingung-bingung lagi, yuk langsung saja simak penjelasannya dalam artikel berikut ini!

Apa itu Take Home Pay?

Arti take home pay dalam bahasa Indonesia adalah pendapatan yang dibawa pulang. Namun secara teori, take home pay berarti gaji penuh yang diterima karyawan melalui berbagai  perhitungan. Definisi lain dari take-home pay adalah pendapatan bersih dikurangi pajak, tunjangan, asuransi kesehatan dan iuran karyawan.

Take home pay adalah istilah yang mengacu pada pembayaran karyawan yang dibayarkan setelah perubahan dibuat untuk tunjangan, kondisi, atau situasi tertentu yang dapat mengubah nilai nominal. Istilah ini sering muncul dalam kehidupan kerja, di mana upah telah disesuaikan dengan bonus kinerja, tunjangan, pajak, dan potongan berdasarkan kondisi jam kerja.

Bertentangan dengan gaji yang ditawarkan kepada kepadamu selama wawancara, jumlah ini merupakan gaji kotor. Jadi masih dapat berubah sesuai ketentuan dan pedoman yang berlaku. Karena akan ada pengurangan gaji untuk beberapa komponen, seperti pajak.

Secara umum, tingkat pemotongan gaji bervariasi di antara karyawan berdasarkan kinerja, tunjangan, dan pajak tangguhan. Dari sini dapat disimpulkan bahwa take home adalah jumlah gaji bersih karyawan perusahaan.

Maka dari itu, gaji yang kamu bawa pulang biasanya berbeda dengan angka gajian yang pertama kali dijelaskan saat wawancara kerja. Pemotongan gaji biasanya mencakup asuransi kesehatan, iuran pensiun, pajak, uang tunai, dan lain-lain, tergantung pada kebijakan masing-masing perusahaan.

Perbedaan Gaji dan Take Home Pay

Perbedaan Gaji dan Take Home Pay
Freepik

Terdapat perbedaan antara Take home pay dengan gaji pokok. Gaji pokok pada dasarnya adalah penghasilan yang diperoleh pegawai, yang nilai nominalnya ditentukan oleh tingkat dan jenis pekerjaannya. 

Namun, take home pay adalah pendapatan rutin bulanan yang besarnya diperoleh dari pendapatan rutin dan tambahan, yang dapat mengurangi berbagai pemotongan, seperti tunjangan, iuran karyawan, dan lain-lain.

Take Home Pay (THP) sering disamakan dengan penghasilan tetap atau gaji pokok. Padahal dua hal ini sangat berbeda. Menurut PP No. 78 Tahun 2015 tentang pengupahan, upah atau gaji pokok adalah uang yang dibayarkan perusahaan kepada pekerja sesuai kontrak. Gaji pokok dapat ditemukan dalam kontrak kerja. Gaji pokok adalah bagian dari pendapatan bulanan. Jumlah ini belum dikurangi dengan beberapa pengurangan.

Sedangkan THP adalah gaji kotor dikurangi semua potongan seperti iuran BPJS, asuransi kesehatan, pinjaman karyawan dan lain-lain. Nilai nominal THP bisa lebih rendah atau lebih tinggi tergantung pada tingkat pendapatan bulanan dan tingkat pemotongan gaji.

Baca juga : Perbedaan UMR, UMK, dan UMP bagi Pekerja, Besaran yang Mana?

Komponen Perhitungan Take Home Pay

Dalam proses perhitungan THP, terdapat tiga komponen yang biasanya dimasukkan yaitu:

1. Pendapatan Rutin

Pendapatan rutin adalah upah standar yang dibayarkan kepada karyawan berdasarkan kontrak kerja. Biasanya terdiri dari gaji pokok, tunjangan tetap dan tidak tetap.

2. Pendapatan Insidental

Berikutnya, pendapatan insidental adalah pendapatan tetap yang diterima karena beberapa alasan. Seperti bonus, kompensasi lembur, tunjangan, prestasi perusahaan.

3. Komponen Perhitungan Gaji

Satu lagi yang termasuk bagian take home pay adalah pemotongan gaji. Apakah biaya jabatan mengurangi take home pay? Tidak. Jenis potongan take home pay adalah BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, PPh 21, tunjangan, tanggung jawab karyawan seperti hutang dll.

Cara Menghitung Take Home Pay

Cara Menghitung Take Home Pay
Freepik

Cara mudah menghitung take home pay adalah dengan melihat nominal gaji yang diterima karyawan setiap periode bulanan atau mingguan. Bagaimana dengan rumus perhitungannya? Perhatikan contoh take home pay berikut ini:

Contoh Skema Besaran Gaji Take Home Pay

Ilham diketahui memiliki gaji pokok Rp6 juta, dengan tunjangan sebesar Rp1 juta dan bonus sebanyak Rp3 juta. Sementara, beberapa komponen pemotongan gajinya adalah sebagai berikut:

  • Cicilan kredit laptop per bulan: Rp100 ribu
  • Iuran BPJS Kesehatan + Ketenagakerjaan:  Rp200 ribu
  • Pajak PPh 21: Rp300 ribu

Dengan begitu, cara  menghitung take home pay adalah sebagai berikut:

THP = (Gaji rutin + pendapatan insidental) – (komponen pemotongan gaji)

THP = (Rp6 juta+Rp1 juta+ Rp3 juta) – (Rp100 ribu+Rp200 ribu+Rp300 ribu)

THP = (Rp10 juta – Rp600 ribu)

THP =  Rp9,4 juta

Jadi, take home pay yang diterima Ilham pada bulan ini adalah Rp9,4 juta.

Baca juga : 10 Pekerjaan dengan Gaji Tertinggi di Indonesia, Ada untuk Fresh Graduate!

Tips Mengelola Uang Take Home Pay

Setelah kamu menerima take home pay setiap bulannya, tentu kamu juga harus tahu bagaimana cara mengelola penghasilan kamu dengan baik bukan? Nah, ini dia beberapa tipsnya.

1. Bayar Tagihan di Awal

Setelah menerima gaji, jangan lupa untuk  membayar pajak, cicilan, hutang atau tagihan lainnya sejak awal. Hal ini dilakukan agar tagihan tidak menumpuk. Selain itu, dengan membayar semua tagihan lebih awal, kamu dapat mengatur sisanya dengan baik untuk memenuhi semua kebutuhan, tabungan, ataupun dana darurat kamu.

2. Mengatur Alokasi Dana

Selain membayar tagihan, baik untuk mengalokasikan dana. Pernah dengar rumus 40:30:20:10? Rumus ini membagi uang kamu menjadi empat, yaitu: 

  •  40% untuk kebutuhan seperti makan, internet, listrik dan kebutuhan lainnya. 
  •  30% untuk cicilan produktif. Misalnya rumah dan kendaraan. 
  •  20% untuk masa depan, bisa digunakan untuk asuransi, tabungan dana darurat atau investasi. 
  •  10% anda gunakan untuk kebaikan, misalnya berbagi atau berdonasi kepada yang membutuhkan.

3. Investasi

Sebagian dari gaji yang diterima dapat diarahkan untuk investasi. Kamu dapat melakukan investasi dengan lebih mudah  karena tersedia banyak platform atau aplikasi investasi  terpercaya dan terverifikasi OJK. Jika Kamu masih pemula, Kamu bisa belajar berinvestasi di Reksa Dana untuk belajar tentang strategi investasi.

4. Membedakan Kebutuhan dan Keinginan

Berikutnya, cara mengelola take home pay adalah membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Terlihat mirip namun keduanya memiliki perbedaan. Kebutuhan adalah suatu hal yang memang dibutuhkan dan harus terpenuhi, sedangkan keinginan adalah sesuatu yang kita inginkan tapi tidak selalu menjadi kebutuhan yang wajib dipenuhi. 

Itulah pembahasan mengenai apa itu take home pay yang perlu kamu pahami, terlebih jika kamu sudah mulai bekerja di suatu perusahaan. Jangan sampai waktu gajian kamu malah bingung dan bertanya-bertanya “kok gajiku berkurang, ya?” Padahal itu sesuai dengan ketentuan THP yang kamu terima.

Memiliki gaji yang tetap setiap bulannya sebenarnya akan memudahkan dalam mengelola keuangan. Namun, terkadang memang realita nggak sesuai ekspektasi, kan? Maunya nabung tapi malah terpakai untuk hal lain.

Nah, biar kamu lebih paham dalam mengelola keuangan, ikuti kursus online dengan tema Cermat Mengelola Keuangan untuk Pekerja Dengan Upah Harian dari Cakap Upskill. Melalui kelas ini kamu akan belajar tentang cara melakukan pengelolaan uang pribadi. Yuk ikuti sekarang juga!

Referensi

  • investopedia
  • clockster
  • my is take home pay

Baca juga :

Hilda
Passionate about education and crafting captivating content, I am a dedicated Content Writer with 5 years of experience in the education industry. I excel at crafting compelling narratives that educate, inspire, and entertain across various topics and subject matters. With a background in Japanese studies, I bring a unique perspective to writing about Japanese culture and language.