Tahap Perkembangan Kognitif Anak: Faktor Pengaruh & Stimulasi

tahap perkembangan kognitif anak
Image by jcomp on Freepik

Perkembangan kognitif anak merupakan pondasi penting dalam membentuk kemampuan berpikir, belajar, dan memahami lingkungan sekitar. Sejak masih di awal pertumbuhan, mereka akan mengalami berbagai fase hingga mencapai perkembangan kognitif optimal. Nah, Moms & Dads perlu tahu nih, apa saja perkembangan kognitif anak dari tahun ke tahun, faktor yang mempengaruhi, hingga cara menstimulasinya. Baca selengkapnya, yuk! 

Table of Contents

Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Anak

Menurut Jean Piaget, seorang psikolog asal Swiss, tahap perkembangan kognitif pada anak terjadi dalam empat tahap. Setiap tahapannya memiliki rentang usia dan karakteristik atau ciri-ciri perkembangan yang berbeda, lho, Moms & Dads. 

1. Sensorimotor (0-2 tahun)

Tahap sensorimotor adalah periode awal perkembangan kognitif yang dimulai dari kelahiran hingga usia sekitar dua tahun. Pada tahap ini, si Kecil berinteraksi dengan dunia sekitarnya melalui indera mereka (sensori) dan gerakan fisik (motorik). 

Mereka mulai memahami hubungan sebab-akibat dan mulai mengembangkan konsep objek yang tetap (object permanence). Mereka mulai menyadari keberadaan objek tetap meskipun tidak terlihat atau tidak ada dalam pandangan mereka. 

Karakteristik umum:

  • Mulai merespons secara instan terhadap rangsangan sensori seperti suara, cahaya, atau sentuhan. 
  • Belajar beberapa tindakan dasar seperti melihat, mendengarkan, dan menggenggam objek di sekitarnya. 
  • Mulai mengetahui bahwa tindakan mereka dapat berpengaruh terhadap sekitar.
 

2. Pra-Operasional (2-7 tahun)

Dalam rentang usia dua sampai tujuh tahun perkembangan kognitif anak memasuki tahap pra-operasional. Pada tahap ini, si Kecil mulai menggunakan simbol dan bahasa untuk berkomunikasi. Imajinasi mereka berkembang pesat, memungkinkan mereka untuk bermain peran dan menggambarkan situasi imajiner. 

Mereka juga mulai memahami konsep identitas seperti bagaimana mereka mengenali seseorang meskipun penampilannya berbeda. Namun, pemikiran mereka masih terbatas pada egosentrisme, di mana mereka sulit memahami perspektif orang lain. 

Karakteristik umum:

  • Bermain peran, misalnya berpura-pura menjadi dokter, polisi, atau guru.
  • Percaya bahwa benda-benda memiliki perasaan dan karakteristik seperti manusia.
  • Egosentrisme muncul, sehingga cenderung mengasumsikan bahwa semua orang berpikir dan merasa seperti dirinya.

     

3. Konkret Operasional (7-11 tahun)

Memasuki usia 7 tahun, si Kecil akan mulai memahami konsep abstrak seperti waktu, ruang, volume, dan angka. Logika mereka menjadi lebih terorganisir dan mereka akan mulai mampu mengatasi masalah dengan pemikiran konkret.

Selain itu, kemampuan kognitif mereka semakin berkembang dan keegosentrisan mereka akan berkurang. Mereka mulai sadar terhadap sekitar dan mulai melihat perspektif orang lain dengan lebih baik. 

Karakteristik umum:

  • Dapat menggunakan operasi logis untuk memecahkan masalah konkret, misalnya dalam matematika atau ilmu pengetahuan. 
  • Mereka memahami konsep waktu, misalnya mengetahui bahwa 2 jam lebih lama dari 1 jam.
  • Bisa menggambarkan urutan peristiwa dalam suatu cerita atau memahami alur sebab-akibat dalam situasi konkret.

     

4. Formal Operasional (11 tahun ke atas)

Pemikiran abstrak yang lebih kompleks dimulai pada usia sebelas tahun. Pada tahap ini, si Kecil mencapai tingkat pemikiran abstrak yang lebih tinggi. Mereka mulai mampu berpikir tentang kemungkinan-kemungkinan, hipotesis, dan konsep-konsep filosofis. 

Selain itu, si Kecil juga mulai mengembangkan pemahaman tentang moralitas dan etika dengan sudut pandang yang lebih matang. Kemampuan mereka dalam memahami sebab-akibat juga semakin logis dan sistematis. 

Karakteristik umum:

  • Dapat berpikir secara abstrak tentang kemungkinan-kemungkinan dan hipotesis.
  • Mulai mengembangkan minat dalam masalah-masalah filosofis dan etika.
  • Dapat melakukan pemikiran kritis dan menggabungkan berbagai aspek dalam pemecahan masalah yang kompleks.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif Anak

Setiap anak memiliki keunikan tersendiri terkait dengan perkembangan kognitif mereka, Moms & Dads. Hal tersebut ternyata dipengaruhi oleh beberapa faktor, mulai dari lingkungan, peran orang tua, pola asuh, hingga kesehatan fisik dan nutrisi. 

1. Stimulasi Lingkungan

Lingkungan bermain yang kaya akan rangsangan dan interaksi sosial dapat membantu perkembangan kognitif si Kecil. Mainan edukatif, buku cerita, permainan logika, dan perbincangan dengan orang dewasa dapat meningkatkan kemampuan berpikir mereka, lho. 

2. Peran Orang Tua dan Pengasuh

Peran Moms & Dads sebagai orang tua sangat penting dalam mengoptimalkan perkembangan kognitif si Kecil. Masa kanak-kanak adalah saat yang tepat bagi Moms & Dads untuk berperan aktif dalam mendukung pembelajaran si Kecil dengan memberikan pengarahan yang tepat. 

3. Gaya Pengasuhan

Pendekatan pengasuhan yang hangat dan suportif cenderung berkontribusi positif terhadap perkembangan kognitif si Kecil, lho. Anak-anak yang merasa aman dan dicintai cenderung lebih terbuka untuk belajar dan eksplorasi. 

4. Kesehatan Fisik dan Nutrisi

Kesehatan fisik yang baik dan nutrisi yang memadai memiliki peran penting dalam perkembangan otak si Kecil. Pastikan si Kecil aktif bergerak dan juga mendapatkan gizi yang seimbang dan cukup istirahat untuk mendukung proses kognitifnya, ya, Moms & Dads. 

Stimulasi Kognitif untuk Anak

Lalu apa saja yang bisa Moms & Dads lakukan untuk mendukung menstimulasi perkembangan kognitif anak? Berperan aktif untuk melakukan kegiatan menyenangkan bersama sangat disarankan untuk Moms & Dads sebagai orang tua. 

1. Membaca bersama

Membacakan buku cerita dan mengajak si Kecil untuk berinteraksi dengan cerita dan gambar-gambar dapat meningkatkan kosakata. Selain itu, kegiatan ini juga memperkuat hubungan antara simbol dan makna, serta merangsang imajinasi mereka. 

Baca juga: 7 Cara Cepat Belajar Membaca untuk Anak TK dan PAUD

2. Bermain permainan interaktif

Permainan teka-teki, permainan memori, dan permainan konstruksi dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, memori, dan keterampilan motorik anak. Permainan interaktif dapat mendorong kemampuan analisis anak.

Aktivitas untuk merayakan valentine bersama anak
Image by jcomp on Freepik

3. Bermain musik

Belajar bermain alat musik atau menyanyikan lagu dapat mengasah kemampuan kognitif anak, termasuk keterampilan matematika dan koordinasi. Pastikan Moms & Dads memilih lagu anak-anak sesuai dengan umur si Kecil, ya. 

4. Eksplorasi alam

Selanjutnya, Moms & Dads juga bisa menstimulasi perkembangan kognitif si Kecil dengan eksplorasi. Ajak mereka menjelajah di lingkungan sekitar untuk merangsang rasa ingin tahu dan juga memperluas pengetahuan tentang lingkungan.

Cek rekomendasi kegiatan outdoor untuk anak berikut: Belajar di Ruang Terbuka Bisa Jadi Pilihan Menarik & Fresh untuk Anak

5. Bermain peran

Bermain peran seperti berpura-pura menjadi dokter, guru, atau petugas kepolisian membantu mengembangkan imajinasi si Kecil, lho. Kegiatan ini mengajarkan keterampilan sosial, dan pemahaman tentang peran dan tanggung jawab. 

6. Berbicara dan mendengarkan dengan anak

Membiasakan si Kecil untuk berbicara secara aktif juga dapat membantu perkembangan kognisi dan juga bahasa mereka. Moms & Dads disarankan aktif merespons pertanyaan dan memberikan kesempatan untuk memperdengarkan ide dan pendapat si Kecil. 

Pelajari  juga: Cara Mengatasi Speech Delay Anak yang Efektif & Sederhana

7. Puzzle dan permainan strategi

Bermain puzzle dan permainan strategi membantu melatih keterampilan logika, analitis, dan kemampuan berpikir abstrak anak. Pastikan teka-teki dan puzzle yang diberikan sesuai dengan usia si Kecil agar tidak terlalu rumit untuk dipahami. 

8. Kegiatan seni dan kreatif

Manfaat mengenalkan seni pada anak yaitu untuk mengasah kreativitas dan keterampilan motorik halus si Kecil.  Aktivitas seperti menggambar, mewarnai, atau membuat karya seni dapat menjadi opsi untuk si Kecil. 

Pelajari juga: Mengenal Creative Thinking dan 3 Tips untuk Melatihnya

9. Mengajukan pertanyaan yang menantang

Eksplorasi pengetahuan dengan pertanyaan-pertanyaan menantang juga dapat merangsang si Kecil untuk berpikir kritis. Meski demikian, pastikan Moms & Dads memberikan mereka kesempatan untuk selalu bisa berdiskusi. 

10. Mainan edukatif dan aplikasi pendidikan

Sebagai generasi yang lahir dan tumbuh di era digital, tidak ada salahnya Moms & Dads memanfaatkan teknologi untuk si Kecil. Meski demikian, pastikan penggunaan gawai mereka sesuai dengan durasi yang disarankan sesuai usia untuk mencegah kecanduan gadget pada anak

Perkembangan kognitif anak adalah proses yang kompleks dan menarik untuk dipahami, ya, Moms & Dads. Dengan memberikan stimulasi yang tepat dan lingkungan yang mendukung, kita dapat membantu si Kecil membuka jendela menuju dunia pengetahuan. 

Orang tua dan lingkungan bermain yang memadai berperan penting dalam membentuk pola pikir si Kecil menuju potensi kognitif yang optimal. Moms & Dads juga bisa menstimulasi perkembangan kognitif si Kecil dengan metode fun learning yang menyenangkan di Cakap Kids Academy. Yuk, ajak si Kecil belajar bahasa Inggris di Cakap Kids! #SiapaCakapDiaDapat 

Referensi: 

  • positivepsychology.com
  • webmd.com
  • verywellmind.com

Baca juga: 

Hilda
Passionate about education and crafting captivating content, I am a dedicated Content Writer with 5 years of experience in the education industry. I excel at crafting compelling narratives that educate, inspire, and entertain across various topics and subject matters. With a background in Japanese studies, I bring a unique perspective to writing about Japanese culture and language.