Cakap Upskill x AIESEC: Pengaruh Jejak Karbon dan Perubahan Iklim pada Permasalahan Laut

cakap x aiesec

Dewasa ini, perubahan iklim menjadi permasalahan yang sangat berdampak pada berbagai aspek kehidupan. Salah satu penyebab permasalahan ini yaitu adanya jejak karbon yang dihasilkan dari aktivitas manusia seperti penggunaan kendaraan, penggunaan energi listrik berlebihan dan konsumsi makanan. Lalu, bagaimana dampaknya terhadap ekosistem laut?

Cakap berkolaborasi bersama AIESEC Universitas Padjajaran mengadakan webinar bertema Youth Revitalization Upon Refining Carbon Footprint Contribution. Pada webinar kali ini, kak Rafid Shidqi selaku pembicara menjelaskan bagaimana dampak perubahan iklim terhadap ekosistem terumbu karang di kawasan laut Asia Tenggara. Simak selengkapnya, yuk!

Asia Tenggara sebagai Pusat Keanekaragaman Laut Dunia

Tahukah kamu, kawasan laut Asia Tenggara memiliki hampir 100.000 km2 terumbu karang atau 34% dari total kekayaan terumbu karang di dunia. Sebanyak 600 dari 800 spesies karang pembentuk ekosistem yang ada di seluruh dunia dapat ditemukan di kawasan laut Asia Tenggara. Karena itu, kawasan laut Asia Tenggara menjadi sangat penting sebagai sumber kekayaan hayati dan terumbu karang. 

Selain itu, Asia Tenggara juga memiliki 51 dari 71 spesies mangrove yang ada dunia. Bisakah kamu bayangkan, Asia Tenggara merepresentasikan dua pertiga dari total spesies mangrove di seluruh dunia. Dengan kekayaan lautnya, bahkan sampai sekarang masih belum banyak dilakukan eksplorasi dan pengelolaan yang optimal untuk memaksimalkan keberlanjutan ekosistem laut Asia Tenggara.

Permasalahan Kerusakan Ekosistem Laut

Dengan keanekaragaman hayati di dalamnya, laut juga menjadi salah satu pendukung ekonomi dan sumber mata pencaharian masyarakat. Menurut data, perikanan karang di Asia Tenggara memiliki nilai US$2,4 Miliar per tahun. Terumbu karang menjadi sumber ketahanan pangan penting, mata pencaharian, pariwisata, riset farmasi, dan regulator iklim dunia.

Meski begitu, masih banyak ditemukan permasalahan dalam keberlanjutan ekosistem laut. Menurut kak Rafid, ekosistem laut dapat dikategorikan sebagai ekosistem yang rentan mengalami kerusakan. Permasalahan yang ditemukan antara lain disebabkan oleh penangkapan berlebihan (overfishing), perikanan merusak seperti menggunakan bom ikan dan sianida), polusi laut, dan peningkatan temperatur (pemutihan karang dan pengasaman laut).

Temukan Bakat Terpendammu dan Kembangkan Bersama Cakap Upskill

Ancaman Kerusakan Ekosistem Laut oleh Perubahan Iklim dan Jejak Karbon

Salah satu penyebab kerusakan ekosistem laut yaitu pemutihan terumbu karang. Pemutihan terumbu karang merupakan respon terhadap tekanan yang berhubungan dengan peningkatan suhu permukaan laut dan perubahan iklim global. Hal ini didukung dengan adanya data yang menunjukan 18% terumbu karang di Asia Tenggara rusak akibat adanya anomali suhu yang diakibatkan oleh perubahan iklim global.

Ketika mendapat terlalu banyak tekanan antropogenik dari aktivita manusia, kapal, aktivitas perikanan, transportasi, dan sebagainya, terumbu karang akan memutih dan rusak. Sebaliknya, jika lingkungan sekitarnya sehat, tidak ada polusi, dan suhu laut kembali normal, terumbu karang akan kembali sehat. 

Kak Rafid juga menunjukkan data dimana 50% karang di Indonesia rusak oleh aktivitas perikanan yang merusak. Hal ini banyak terjadi di kawasan pesisir dimana tekanan antropogenik atau tekanan dari aktivitas manusia sangat tinggi sehingga merusak ekosistem. Tak hanya itu, proses pemulihan yang dibutuhkan juga terhitung lama karena terumbu karang merupakan salah satu hewan dengan pertumbuhan yang lama.

Hal-hal yang Bisa Dilakukan Pemuda untuk Berkontribusi bagi Lautan

Menurut kak Rafid, ada banyak hal yang dibutuhkan untuk konservasi ekosistem terumbu karang, khususnya untuk membantu regulasi iklim global. Kamu juga tidak perlu berasal dari jurusan ilmu kelautan saja, namun semua pemuda bisa melakukannya. Salah satunya yaitu upaya konservasi lokal seperti dari tingkat komunitas. Upaya ini biasanya lebih berhasil dibandingkan intervensi tingkat atas seperti dari pemerintah.

Anak muda di Asia Tenggara sudah banyak melakukan kegiatan untuk konservasi laut. Sebagai contoh, melalui kampanye, peningkatan kapasitas dan restorasi ekosistem untuk melawan perubahan iklim. Kamu bisa melakukannya sendiri maupun bergabung dengan organisasi atau komunitas terkait yang sekarang sudah banyak jumlahnya. Selain itu, ada beberapa hal yang juga bisa kamu lakukan untuk berkontribusi, seperti:

  • Menjadi relawan untuk organisasi kepemudaan yang bergerak di bidang lingkungan
  • Meningkatkan pemahaman bagi anggota keluarga untuk tidak merusak ekosistem saat berkunjung ke pantai
  • Gunakan produk yang ramah bagi terumbu karang
  • Donasi untuk organisasi lingkungan
  • Edukasi dirimu sendiri mengenai isu lingkungan dan perubahan iklim
  • Mulai proyek konservasi 

Wah, sangat disayangkan ya lautan dengan keanekaragaman hayatinya yang rusak akibat aktivitas manusia. Sekarang, kamu bisa mulai menerapkan tips dari kak Rafid untuk berkontribusi pada lautan. Tidak perlu dari hal besar, kamu bisa memulainya dari hal kecil sehari-hari.

Kamu ingin materi di bidang apalagi nih, Sobat Cakap? Jika kamu berminat untuk mengedukasi dirimu di berbagai bidang yang lain, kamu juga bisa mengikuti webinar-webinar cakap upskill lainnya di aplikasi Cakap. Tentunya kamu akan dipandu dengan pembicara-pembicara berpengalaman dan mendapat segudang ilmu! Yuk, unduh sekarang!

Baca juga: 

Hilda
Passionate about education and crafting captivating content, I am a dedicated Content Writer with 5 years of experience in the education industry. I excel at crafting compelling narratives that educate, inspire, and entertain across various topics and subject matters. With a background in Japanese studies, I bring a unique perspective to writing about Japanese culture and language.