10 Tips Cermat untuk Mendidik Anak di Era Digital

Mendidik Anak di Era Digital
10 Tips Cermat untuk Mendidik Anak di Era Digital

Membesarkan anak di era teknologi ini bisa menjadi sesuatu yang menantang sekaligus menakutkan bagi banyak orang tua. Dengan kebebasan yang ditawarkan oleh internet, anak-anak bisa mempelajari banyak hal dan mengeksplor berbagai minatnya. Di sisi lain, keamanan mereka di internet menjadi kekhawatiran.

Sebagai orang tua, kita dituntut untuk beradaptasi dengan era digital dan membantu anak kita belajar tentang cara berinternet yang sehat. Namun dengan banyaknya aplikasi dan konten baru yang muncul setiap harinya, bagaimana caranya mendidik anak dengan tepat tanpa terlalu mengekangnya?

Berikut 10 tips cermat yang bisa Anda terapkan untuk mendidik buah hati Anda di era digital.

Tetapkan batasan

source: giphy.com

Durasi yang umumnya dianjurkan bagi anak adalah 2 jam screentime per hari. Namun saat ini, internet tidak hanya digunakan untuk hiburan tetapi juga untuk belajar. Terkadang, ada tugas sekolah anak yang membutuhkan akses internet.

Maka itu, Anda bisa menetapkan batasan yang wajar untuk penggunaan media anak Anda berdasarkan kebutuhannya. Yang tak kalah penting adalah memastikan anak-anak punya waktu yang cukup banyak di luar penggunaan medianya dan berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka.

Temani anak saat sedang bermain gadget

source: giphy.com

Temani di sini bukan berarti sekadar memantau mereka. Yang dimaksud di sini adalah benar-benar menemani dan menghabiskan waktu belajar dan bermain bersama, termasuk saat menggunakan gadget atau menonton televisi.

Misalnya, Anda bisa menggambar bersama anak di iPad atau menonton Youtube bersama. Cara ini juga bisa Anda terapkan untuk mendorong anak untuk belajar lewat konten-konten yang menyenangkan, seperti video-video edukatif di Youtube.

Dengan menemani anak Anda, Anda bisa berdiskusi dengan anak mengenai konten yang Anda baca, dengarkan, atau tonton, yang penting untuk mendukung perkembangan otak anak. Jadi, alih-alih menggunakannya sebagai “pengasuh” anak, gunakan gadget sebagai cara untuk bersenang-senang bersama anak.

Jadi role model bagi anak

source: giphy.com

Ingat, anak-anak sangat mudah dan cepat meniru apa yang ia dengar dan lihat. Jika Anda selalu duduk di depan laptop atau menghabiskan waktu dengan smartphone Anda seharian, pesan apa yang akan diterima anak Anda?

Bangun kebiasaan penggunaan media yang sehat bagi anak, salah satunya dengan cara membangun kebiasaan bermedia yang sehat dari diri Anda sendiri.

Pentingnya komunikasi langsung yang terbuka

source: giphy.com

Media memang begitu membantu proses komunikasi khususnya dengan orang yang lokasinya jauh dari kita, seperti lewat chat atau video call. Namun, komunikasi langsung tetap penting karena dapat mendukung perkembangan otak, kesehatan mental, serta membangun hubungan dengan anak.

Tanamkan rasa kepercayaan dan kejujuran sejak anak Anda masih kecil dan menciptakan gaya komunikasi yang terbuka. Jika anak Anda terbiasa terbuka dengan Anda, mereka akan merasa nyaman berbiccara dengan Anda saat mereka menghadapi sesuatu yang membuat mereka kurang aman saat berinternet.

Buat zona “bebas teknologi”

source: giphy.com

Terkadang teknologi bisa mengganggu hubungan ataupun waktu tidur. Anda tentu kesal jika sedang berbicara dengan anak Anda tetapi ia malah keasyikan main game. Atau saat anak Anda melewatkan jam tidurnya karena keasyikan nonton Youtube. Atau bahkan kebiasaan yang membahayakan keamanan, seperti berjalan sambil melihat handphone.

Maka itu, Anda harus menetapkan area atau waktu dimana anak Anda tidak boleh bermain gadget, misalnya di meja makan, di kamar, saat acara keluarga, saat sedang berjalan, dan sebagainya. Anda pun harus mengikuti aturan ini sebagai contoh bagi anak Anda.

Jangan gunakan teknologi sebagai cara menenangkan anak

source: giphy.com

Menghadapi anak yang sedang menangis atau merengek bisa menjengkelkan. Belum lagi jika ini terjadi di tempat umum, tak hanya memalukan tetapi juga mengganggu orang lain. Banyak orang tua menenangkan anaknya dengan memberikan mereka gadget.

Namun, ini menjadikan teknologi sebagai “permen” atau “dot” bagi mereka. Hal ini malah secara tidak langsung menanamkan kebiasaan yang tidak baik bagi anak. Anak akan berpikir teknologi menjadi solusi atas rasa kesal dan bosan mereka. Anak-anak perlu belajar cara menangani dan mengelola emosi dan rasa bosan mereka tanpa bantuan gadget atau internet.

Pantau aplikasi yang digunakan anak

source: giphy.com

Jangan biarkan anak Anda menjelajahi internet atau bermain game maupun aplikasi secara bebas tanpa memeriksanya terlebih dahulu. Cari tahu tentang aplikasi-aplikasi yang dipakai oleh anak, video yang ditontonnya, game yang dimainkannya.

Namun jangan terkesan memaksa dan tidak menaruh rasa kepercayaan pada anak. Sebaliknya, tunjukkan ketertarikan Anda terhadap apa yang disenangi anak Anda. Misalnya jika anak Anda suka main game, tanyakan mengenai game tersebut, cara bermainnya, apa yang membuat mereka menyukai game tersebut, dan sebagainya.

Hindari diam-diam mengecek gadget anak Anda tanpa izin dan akhirnya merusak kepercayaan mereka. Jika Anda bisa memantau mereka tanpa cara-cara yang melanggar privasi mereka, anak tentu akan lebih mau untuk terbuka kepada anda.

Ajarkan anak tentang internet sehat

source: giphy.com

Sembari menghabiskan waktu dan memantau mereka, ajarkan pula mengenainya pentingnya internet sehat. Tunjukkan anak Anda cara menggunakan berbagai aplikasi dan situs online dengan aman.

Jelaskan pada mereka tentang pentingnya privasi. Terangkan bahwa internet kadang bisa tidak aman, apa yang harus mereka lakukan jika seseorang mengatakan sesuatu yang kurang pantas atau tidak baik, dan kapan harus menjauh dari percakapan sosial yang tidak sehat.

Beritahukan anak Anda, terutama jika ia sudah mulai memasuki usia remaja, bahwa apa yang mereka sebarkan di internet tidak bisa ditarik kembali, termasuk juga foto. Jika anak Anda mengerti cara kerja internet, mereka akan lebih siap untuk menangani situasi yang mungkin bisa muncul di masa depan saat mereka sudah lebih dewasa.

Peka terhadap sikap anak

source: giphy.com

Begitu anak Anda sudah mencapai usia dimana mereka menggunakan media sosial untuk berkomunikasi dengan temannya, penting bagi Anda untuk memperhatikan sikap mereka di rumah. Apakah mereka terlihat lebih pendiam dari biasanya? Apakah mereka lebih mengurung diri dan tidak banyak bersosialisasi? Apakah sikap dan kepribadian mereka menjadi berubah?

Online bullying terkadang sulit untuk dilacak atau disadari. Maka itu, penting bagi kita sebagai orang tua untuk mampu mendeteksi apabila ada sesuatu yang janggal dari sikap anak. Jika ini terjadi, coba ajak anak bicara dengan cara yang membuat mereka merasa aman.

Libatkan anak dalam kegiatan ekstrakurikuler

source: giphy.com

Mendorong anak Anda untuk aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan dimana mereka bisa bersosialisasi dengan teman sebaya mereka sangat penting untuk mengembangkan keterampilan sosial yang sehat.

Selain itu, aktivitas ekstrakurikuler juga memberi mereka sesuatu untuk dikerjakan selain bermain game atau media sosial. Ini juga bisa menjadi cara untuk menanamkan hobi-hobi positif bagi anak dan memperknalkan mereka terhadap berbagai hal baru. Siapa tahu, anak Anda menemukan minatnya lewat kegiatan tersebut.

Bagaimana internet membawa pengaruh bagi anak, kembali kepada bagaimana kita sebagai orang tua mendidik mereka. Internet tidak selalu membawa dampak buruk bagi anak. Ada banyak manfaat yang bisa didapat dari internet, misalnya untuk belajar bahasa inggris untuk anak sd.

Tips-tips di atas bisa menjadi panduan untuk mengajarkan cara menggunakan dan memanfaatkan internet. Misalnya dengan mengajak mereka belajar bahasa Inggris di Cakap Kids. Yuk daftar Cakap Kids untuk anak Anda!

Belajar Bahasa Inggris Anak

Dengan materi yang interaktif, anak-anak tidak akan mudah bosan saat belajar bahasa!

Baca Juga:

Lely
Saya adalah pencinta sastra dan gemar menyelami tulisan-tulisan lama. Saya percaya bahwa “Menulis, menciptakan ide/gagasan, dan berbagi pengetahuan adalah cara untuk tetap ada dalam pusaran sejarah”.