Jakarta, 24 Agustus 2021.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kemendikbud melalui Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra mengundang Cakap dalam Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) yang membahas kajian tematik ke-BIPA-an. Dalam kesempatan tersebut dilaksanakan pengumpulan data penelitian dari Badan Bahasa tentang pengembangan model pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing berbasis media baru. Penelitian tersebut bertujuan untuk memotret dan memetakan penggunaan media baru dalam pembelajaran BIPA.
Pada kesempatan tersebut, Yoshua Yanottama, selaku Senior Education Manager Cakap, menyampaikan beberapa hal terkait dengan pengembangan sistem manajemen pembelajaran di Cakap.
Berdasarkan data pemelajar di Cakap, lebih dari 70% pemelajar bahasa Indonesia saat ini tinggal di Indonesia. Tujuan pembelajaran cukup beragam, di antaranya untuk kepentingan pekerjaan, bisnis, hingga pendidikan. Sementara 30% pemelajar sisanya berada di negara-negara tetangga, yaitu Singapura, India, Jepang, Taiwan, dan Vietnam.
Pembelajaran bahasa Indonesia di Cakap
Ada dua unsur yang penting yang sempat dibahas oleh Yoshua, yaitu metode dan sistem pembelajaran bahasa Indonesia yang digunakan Cakap.
Metode Pembelajaran
Untuk mengakomodasi berbagai kebutuhan pemelajar, program BIPA Cakap menggunakan tiga pendekatan, yaitu content (LMS), social/emotional, dan evaluation. Ketiganya dianggap sebagai pendekatan yang efektif yang dapat digunakan dalam kelas privat atau kelompok kecil. Saat ini pembelajaran dilakukan secara daring (online) sehingga dapat dilakukan di mana pun, tetapi tetap memungkinkan untuk tatap muka virtual.
Sistem Manajemen Pembelajaran
Salah satu aspek yang dikedepankan oleh Cakap sebagai lembaga BIPA adalah Learning System Management. Cakap sendiri menggunakan platform yang bersifat all-in untuk mengakomodasi kebutuhan pembelajaran bahasa Indonesia. Selain memungkinkan untuk komunikasi dua arah secara tatap muka, pemelajar juga memiliki akses terhadap materi dan perkembangan belajar mereka.
Menjawab Pertanyaan Badan Bahasa
Menjawab pertanyaan dari Badan Bahasa mengenai metode dan sistem pembelajaran yang efektif saat ini, Yoshua menyampaikan bahwa hal tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan pemelajar.
Ia menjelaskan bahwa lembaga BIPA hendaknya memperluas akses pemelajar asing terhadap ketersediaan lembaga BIPA itu sendiri, misalnya melalui halaman internet. Selain itu, penting pula adanya platform yang dapat mengakomodasi semua kebutuhan pembelajaran yang bersifat all-in. Dengan demikian, penutur asing akan lebih mengetahui mengenai lembaga BIPA dan bagaimana lembaga tersebut bisa memenuhi kebutuhan mereka dalam berbahasa Indonesia.
Masukan dari berbagai lembaga BIPA, termasuk, Cakap, akan menambah keragaman data dalam penelitian. Masukan dan rekomendasi dari berbagai lembaga BIPA akan dihimpun dan menjadi temuan penelitian dalam pengembangan model pembelajaran berbasis media baru.