Cakap Upskill x AIESEC: Impact Circle “Konservasi Laut dan Perubahan Iklim di Kawasan Asia Tenggara”

Cakap Upskill x AIESEC

Halo, Sobat Cakap! Seperti biasa nih, Cakap selalu menghadirkan artikel Cakap Upskill setiap hari Rabu. Nah, tema Cakap Upskill kali ini berkaitan dengan impact circle tentang “The Impact of Carbon Footprint on Marine Conservation”. Webinar Cakap Upskill x AIESEC ini dibawakan langsung oleh Rafid Shidqi, Climate Change Specialist, Asian Development Bank, yang juga sekaligus menjabat sebagai Co-founder Thresher Shark Indonesia (salah satu organisasi yang terfokus untuk konservasi hiu yang terancam punah).

Sesuai dengan tema dalam webinar kali ini, maka outline yang akan dipaparkan di sini akan memuat gambaran tentang permasalahan ekosistem laut, khususnya terumbu karang di kawasan Asia Tenggara. Salah satu ekosistem utama yang membangun keberlanjutan hayati yang ada di laut. Selain itu, akan dibahas juga mengenai permasalahan utama dan penyebabnya, langkah pengelolaan yang bisa dilakukan, serta impact apa yang bisa disumbangkan oleh para pemuda.

Pusat Keanekaragaman


Sebelum beranjak pada topik utama, Rafid terlebih dahulu memaparkan tentang pusat keanekaragaman yang ada di Asia Tenggara. Dalam webinarnya, ia mengemukakan bahwa 10 negara Asia Tenggara memiliki hampir 100.000 km persegi terumbu karang yang merepresentasikan sekitar 34% dari kekayaan dunia atau setara dengan sepertiganya kekayaan dunia. Tidak hanya itu, beberapa kawasan di Asia Tenggara juga dijuluki sebagai lingkaran segitiga karang dunia. Kawasan di Asia Tenggara  merupakan sumber kekayaan hayati dan laut yang ada di bumi.

Selain terumbu karang, kawasan Asia Tenggara juga terkenal dengan mangrove-nya. 51 dari 71 mangrove di dunia ada di Asia Tenggara. Tidak hanya itu, 600 dari 800 lebih karang pembentuk ekosistem di seluruh dunia juga ada di Indonesia. Maka tak heran apabila ekosistem di kawasan kita sangatlah kaya. Hanya saja, sampai sekarang masih belum banyak dilakukan eksplorasi dan upaya untuk memaksimalkan fungsinya.

Nilai Ekonomi Penting dan Sumber Mata Pencaharian


Dari segi nilai ekonomi, terutama perikanan karang di Asia Tenggara sendiri, memiliki nilai US$2.4 miliar per-tahun. Terumbu karang merupakan sumber ketahanan pangan penting karena merupakan sumber mata pencaharian, pariwisata, riset farmasi (sumber utama farmasi itu biasanya dari laut, dari alga, dari bakterinya, dan dari hewan-hewan laut lain yang bisa dieksplorasi), serta regulator iklim dunia (Indonesia juga berperan sebagai regulator iklim terbesar dunia selama ekosistem itu sehat).

Isu Utama Kerusakan Ekosistem


Faktanya, saat ini, ekosistem-ekosistem yang telah disebutkan di atas, rentan mengalami kerusakkan. Ada beberapa isu utama kerusakan ekosistem, yaitu penangkapan berlebih (overfishing), perikanan merusak (e.g bom ikan, sianida), polusi laut (penggunaan plastik), peningkatan temperatur (yang baru-baru ini diobservasi adalah pemutihan karang dan pengasaman laut). Rafid Shidqi mengatakan bahwa “Salah satu ancaman terbesar dari pemutihan karang adalah respon tekanan yang berhubungan dengan peningkatan suhu di permukaan laut atau yang disebut dengan perubahan iklim global.”

Perlu diketahui bahwa, 18% terumbu karang di Asia Tenggara rusak akibat anomali suhu yang diakibatkan oleh perubahan iklim global. Ketika lingkungan sekitarnya sehat, biasanya dia akan recover dengan cepat makanya ketika suhu laut kembali normal, terumbu karang akan kembali sehat lagi. Akan tetapi, ketika banyak tekanan dari manusia, kapal, aktivitas perikanan, transportasi dll, akan membuat stressnya berlibihan dan lama-lama akan mati.

Dua pertiga terumbu karang di Filipina, Malaysia, dan lebih dari 50% karang di Indonesia rusak oleh aktivitas perikanan yang merusak. 77% terumbu karang di Thailand terdampak oleh aktivitas manusia, termasuk penangkapan berlebihan, sedimentasi, dan polusi. Padahal, karang merupakan salah satu hewan dengan pertumbuhan paling lambat. Kalau karang sudah rusak, pulihnya akan lama.

Kerusakan ekosistem dan penangkapan yang tidak ramah lingkungan juga mengakibatkan kerugian dalam hak ekonomi, yaitu sebesar US$1.2 miliar untuk FIlipina dan US$570 juta untuk ekonomi Indonesia.

Temukan Bakat Terpendammu dan Kembangkan Bersama Cakap Upskill

Bentuk Pengelolaan Apa yang Sudah Dilakukan?


Untuk mendukung restorasi dan kelangsungan ekosistem terumbu karang, terutama di Indonesia dan di Asia Tenggara. Ada sebuah tools yang bernama Marine Protected Areas (MPA). MPA merupakan kawasan lindung yang dibentuk oleh masyarakat, stakeholder, dan pemerintah, untuk melindungi satu ekosistem atau kawasan.

Sebelum MPA dibentuk, pemerintah dan peneliti melakukan penelitian apakah ekosistem tersebut layak untuk dilindungi. MPA digunakan sebagai alat utama untuk melindungi ekosistem laut. Pada saat yang bersamaan, MPA juga membuka kesempatan untuk pariwisata dan pengelolaan sumber daya hayati. 

Hanya saja, ada beberapa hal yang membuat pengelolaan MPA semakin kompleks, salah satunya, yaitu MPA bisa menyebabkan konflik ketika prosesnya tidak melibatkan masyarakat lokal/adat. MPA juga memerlukan pengelolaan dengan biaya tinggi, terutama untuk pengelolaan, pemantauan, dan penegakan hukum. 

Apa yang Bisa Kamu Lakukan sebagai Pemuda untuk Berkontribusi Bagi Lautan?


Sebagai pemuda, apa yang bisa kamu lakukan untuk ikut berkontribusi? Biasanya, upaya konservasi lokal lebih berhasil daripada intervensi tingkat atas. Anak muda di Asia Tenggara sudah banyak melakukan kegiatan untuk konservasi laut; termasuk kampanye, peningkatan kapasitas, dan restorasi ekosistem untuk melakukan perubahan iklim.

Kalian para pemuda juga bisa melakukan hal sebagai berikut:

  • Menjadi relawan untuk organisasi kepemudaan
  • Meningkatkan pemahaman bagi anggota keluarga untuk tidak merusak ekosistem saat berkunjung ke pantai
  • Gunakan produk yang ramah bagi terumbu karang
  • Donasi untuk organisasi lingkungan
  • Edukasi dirimu sendiri mengenai isu lingkungan dan perubahan iklim
  • Dan yang terakhir, kalau kalian punya kapasitas lebih kalian bisa mulai proyek konservasi kalian sendiri.

Itu dia webinar seru Cakap Upskill bersama AIESEC tentang ekosistem laut, khususnya terumbu karang. Buat kalian yang nggak mau ketinggalan kelas webinar seru dan menarik lainnya, jangan lupa pantengin terus jadwal Cakap Upskill terdekat, ya!

Baca Juga:

Lely
Saya adalah pencinta sastra dan gemar menyelami tulisan-tulisan lama. Saya percaya bahwa “Menulis, menciptakan ide/gagasan, dan berbagi pengetahuan adalah cara untuk tetap ada dalam pusaran sejarah”.