Ustadz Romdhoni Hamzah membuka program Awadah Dakwah Festival dengan membacakan sebuah firman Allah :
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu.” (Q.S. Luqman: 14)
Istilah birrul walidain adalah istilah yang dipakai Rasulullah SAW (sebagai yang disebutkan oleh sahabat Abdullah bin Mas’ud) ketika seorang bertanya kepada Rasulullah saw tentang amalan apa yang paling disukai oleh Allah SWT.
Diriwayatkan dari Abu Abdurrahman Abdullah ibnu Mas’ud r.a :
عَنْ أَبِي عَمْرٍو الشَّيْبَانِيِّ – وَاسْمُهُ سَعْدُ بْنُ إيَاسٍ – قَالَ : حَدَّثَنِي صَاحِبُ هَذِهِ الدَّارِ – وَأَشَارَ بِيَدِهِ إلَى دَارِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ – قَالَ : سَأَلْتُ النَّبِيَّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إلَى اللَّهِ ؟ قَالَ : الصَّلاةُ عَلَى وَقْتِهَا . قُلْتُ : ثُمَّ أَيُّ ؟ قَالَ : بِرُّ الْوَالِدَيْنِ , قُلْتُ : ثُمَّ أَيُّ ؟ قَالَ : الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ , قَالَ : حَدَّثَنِي بِهِنَّ رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – وَلَوْ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي
Artinya : Aku bertanya kepada Nabi SAW, “apa amalan yang paling disukai oleh Allah SWT ?” Beliau menjawab, “shalat tepat pada waktunya”, Aku bertanya lagi, “kemudian apa ?” Beliau menjawab, “birrul walidain”. Kemudian aku bertanya lagi, “seterusnya apa ?” Beliau menjawab, “jihad fi sabilillah”.
Birrul walidain terdiri dan kata al birrul artinya kebajikan dan al walidain artinya dua orangtua atau orangtua. Maka birrul walidain sangat sarat akan makna untuk berbuat kebajikan kepada kedua orangtua atau berbuat ihsan. Sesuai dengan diperintahkan Allah SWT di dalam surah Al Ahqaf ayat 15 :
وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ إِحْسَٰنًا ۖ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا ۖ وَحَمْلُهُۥ وَفِصَٰلُهُۥ ثَلَٰثُونَ شَهْرًا ۚ حَتَّىٰٓ إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُۥ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِىٓ أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ ٱلَّتِىٓ أَنْعَمْتَ عَلَىَّ وَعَلَىٰ وَٰلِدَىَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَٰلِحًا تَرْضَىٰهُ وَأَصْلِحْ لِى فِى ذُرِّيَّتِىٓ ۖ إِنِّى تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّى مِنَ ٱلْمُسْلِمِينَ
Artinya : “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri””.(Q.S. Al Ahqaf: 15)
Di antara perintah Allah mengenai birrul walidain terdapat di dalam surah Al Isra’ ayat 23 –24. Manakala diperhatikan firman Allah dalam ayat ini dapat diambil beberapa hal pokok. Pertama, hak dan kedudukan orangtua di dalam Islam memiliki kedudukan yang mulia, langsung berada di bawah hak-hak Allah SWT. Alquran berulang kali memerintahkan berperilaku menyenangkan, patuh berbakti kepada orangtua.
Selanjutnya, apabila kedua orangtua sudah berusia lanjut, sikap dan perasaan mereka cepat berubah, seperti menjadi mudah tersinggung, suka marah dan cepat bersedih hati, karena ketuaan usia mereka. Maka kepada anak-anak mereka diperintahkan agar melihat perubahan perilaku orangtua yang sudah tua renta itu sebagai suatu yang lumrah dan mesti diterima dengan selalu menampakkan rasa kasih sayang yang tulus sebagai buah dari keluhuran budi mukmin yang bertaqwa.
Dalam usia lanjut itu, kedua orangtua amat mengharapkan kasih dari anak-anak mereka yang sudah mereka besarkan sedari kecil. Maka anak-anak mereka dituntut patuh dan senantiasa menyayangi kedua orangtua sebagaimana kasih sayang kedua orangtua mereka ketika mereka masih anak-kecil.
Kepada anak-anak dituntut bersikap rendah hati, sopan, dan patuh terhadap orangtua. Dalam usia orangtua yang sudah lanjut, hendaknya anak-anak melayaninya dengan penuh kepatuhan, semata-mata bersyukur kepada Allah SWT karena mendapatkan kesempatan melayani orangtua di usia lanjut. Mestinya disadari bahwa perjalanan hidup anak banyak bergantung kepada kedua orangtua, walaupun kedua orangtua telah merawatnya penuh perhatian dengan menanggung berbagai penderitaan.
Maka di dalam mengamalkan ibadah-ibadah di dalam bulan Ramadhan khususnya, dan juga pada setiap saat, janganlah dilalaikan untuk berdoa bagi keselamatan dan kesejahteraan kedua orangtua, agar Allah SWT menurunkan rahmatnya untuk kita semua.
Ustadz Romdhoni Hamzah, Lc. menjelaskan lebih dalam mengenai, “Cara Islam Memuliakan Orangtua” pada kajian Awadah Dakwah Festival 2020 melalui tayangan video berikut ini.
Cara Islam Memuliakan Orangtua
Ustadz Romdhoni Hamzah, Lc.
Ikuti Awadah Dakwah Festival secara LIVE, pukul 16.00 WIB dan 21.00 WIB setiap hari selama bulan Ramadhan hanya di aplikasi Cakap, sebuah platform belajar bahasa, mulai dari bahasa Inggris, Jepang, Mandarin dan Indonesia.
Jangan lupa untuk download aplikasi Cakap untuk dapat terus tonton video Awadah Dakwah Festival setiap hari selama bulan Ramadhan 1441 H. Cari tau di sini untuk jadwal lengkap Awadah Dakwah Festival 2020.